Pendidikan Karakter |
Menurut Rahardjo (2010:10) pendidikan karakter adalah suatu proses pendidikan yang holistic yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai pondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri atau memiliki prinsip suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan.
Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa komunikasi yang digunakan secara khusus di lingkungan etnis Jawa dan digunakansebagai bahasa pergaulan untuk berinteraksi sosial. Pemerintah daerah provinsi Jawa Timur turut serta membuat undang-undang untuk melindungi keberadaan bahasa Jawa sebagai warisan budaya. Peraturan Gubernur Jawa Timur mengatur tentang pelaksanaan pembelajaran Bahasa Jawa sebagai Muatan Lokal Wajib di Provinsi Jawa Timur, tepatnya terdapat pada Pergub No. 19 Tahun 2014.
Berdasarkan peraturan tersebut, bahasa Jawa menjadi salah satu mata pelajaran muatan lokal yang diajarkan di SMP Negeri 34 Surabaya. Belajar bahasa daerah sama artinya dengan belajar menghargai budaya bangsa Indonesia. Mempelajari budaya bangsa bisa memupuk rasa cinta kepada bangsa dan negara. Hal ini selaras dengan pendidikan karakter yang menjadi program unggulan di SMP Negeri 34 Surabaya.
Bahasa dan budaya Jawa sebagai salah satu sumber untuk membangun karakter tidak perlu diragukan lagi keberadaannya, karena dalam budaya Jawa sarat akan pendidikan nilai yang merupakan substansi utama dari pendidikan karakter.
Dalam budaya Jawa terkandung tata nilai kehidupan Jawa, seperti nilai kehidupan Jawa, seperti norma, keyakinan, kebiasaan. Juga simbol-simbol yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Jawa, toleransi, kasih sayang, gotong royong, andhap asor, nilai hormat, kebiasaan berterima kasih dan meminta maaf, dan masih banyak lagi pendidikan karakter lainnya.
Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa menanamkan pendidikan karakter tersebut pada saat pembelajaran bahasa Jawa? Tentu banyak cara untuk membiasakan hal baik pada peserta didik agar bisa menjadi karaker di kemudian hari.
Dalam pelajaran bahasa Jawa banyak ditemukan materi yang penuh dengan pitutur atau nasehat tentang cara bersikap dan bertutur kata yang baik pada orang lain. Pembelajaran bahasa Jawa secara tidak langsung membentuk kepribadian dan budi pekerti siswa yang luhur dalam mewujudkan akhlakul karimah melalui tata krama dan sopan santun.
Contoh sederhana adalah tentang unggah-ungguh basa. Unggah-ungguh adalah tata cara berbahasa sesuai dengan tata krama, yaitu tata cara berbicara dan tindak tanduk serta tingkah laku yang baik dan tepat. Cara berbicara antara mitra tutur sebaya atau yang lebih tua usianya dibedakan cara berbicara dan diiringi tindak tanduk yang tepat dan benar.
Unggah-ungguh basa menekankan pada bagaimana kita sebaiknya bersikap dan bertutur kata yang baik saat berkomunikasi dengan orang lain. Sopan santun berbahasa untuk menghormati orang yang lebih tua menjadi alasan utama dalam unggah-ungguh basa.
Unggah-ungguh sendiri berarti sopan santun dan tercermin pada aturan penggunaan bahasa Jawa halus/krama kepada orang yang lebih tua. Aturan tersebut mengajarkan kepada kita untuk menghormati orang yang lebih tua. Dengan mengajak siswa untuk menggunakan bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh, berarti di sini siswa mendapat pendidikan karakter yaitu karakter cinta sesama dengan bertutur kata yang sopan dan santun, baik pada teman sebaya maupun yang lebih tua usianya.
Dalam praktik pengajaran di kelas, bisa dikreasikan melalui kuis, pembelajaran kooperatif, role playing, dan lain-lain agar siswa tidak bosan untuk mempelajarinya. Dengan demikian, secara tidak langsung guru sudah mengajak siswa untuk memiliki karakter cinta keunggulan dengan jujur, kreatif, dan kompetitif.
Belajar bahasa Jawa di era saat ini memang menjadi tantangan tersendiri, baik bagi guru maupun siswa. Salah satu hambatan yang sering ditemui adalah bahasa ibu yang banyak digunakan saat ini bukan lagi bahasa daerah.
Selain itu, derasnya arus budaya asing yang masuk ke negara kita, serta pesatnya kemajuan teknologi, turut menjadi faktor ausnya budaya lokal. Namun bukan berarti hambatan-hambatan tersebut menjadi alasan bagi kita sebagai generasi penerus bangsa untuk berhenti mempelajarinya.
Pesatnya perkembangan teknologi sudah semestinya bisa dimaksimalkan kebermanfaatannya. Sebagai pembelajar, para guru yang mengemban amanah untuk mengajarkan bahasa dan budaya Jawa dituntut untuk lebih kreatif dalam mengajar dengan memanfaatkan sarana teknologi saat ini. Perkembangan teknologi yang semakin beragam, ditambah dengan sentuhan tangan-tangan kreatif bisa membantu mempermudah siapa saja dalam mempelajari dan mengajarkan berbagai hal.
Mempelajari dan mengajarkan bahasa Jawa pun sekarang juga bisa dengan mudah melalui informasi yang bisa di akses lewat jaringan internet. Membiasakan karakter cinta ilmu pengetahuan dan teknologi pada siswa secara tidak langsung dibentuk dengan pendampingan guru dan orang tua saat menggali informasi dari internet.
Selain itu, penugasan-penugasan melalui media elektronik serta beragam aplikasi media pembelajaran bisa menjadi alternatif untuk membuat siswa lebih kreatif dalam mempelajari bahasa Jawa. Pendampingan guru dan orang tua tetap harus dilakukan dalam pemanfaatan media elektronik saat penugasan guna menghindari penyalahgunaan media tersebut.
Dengan demikian, pesatnya perkembangan teknologi dan informasi bisa dijadikan sarana untuk membantu siswa dalam mempelajari ilmu pengetahuan, khususnya bahasa dan budaya Jawa.
Tentu masih banyak cara lagi untuk menanamkan pendidikan karakter pada peserta didik saat mengajar muatan lokal bahasa Jawa. Para guru diharapkan lebih tertantang melakukan inovasi pembelajaran agar lebih mengena saat menanamkan pendidikan karakter.
*Lampiran Pergub Jawa Timur No. 19 Tahun 2014 tentang Pembelajaran Muatan Lokal Wajib Bahasa Daerah di Jawa Timur
0 komentar:
Post a Comment